Rabu, 21 November 2012

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN SEKADAU, KALIMANTAN BARAT





Nama Sekadau terambil dari sejenis pohon yang banyak tumbuh di muara sungai Sekadau. Penduduk setempat menamakannya Batang Adau.  mula penduduk Sekadau adalah pecahan rombongan Dara Nante yang di bawah  pimpinan Singa Patih Bardat dan Patih Bangi yang meneruskan perjalanan  ke hulu sungai Kapuas. Rombongan Singa Patih Bardat menurunkan suku  Kematu, Benawas, Sekadau dan Melawang. Sedangkan rombongan Patih Bangi adalah leluhur suku Dayak Melawang yang menurunkan raja-raja Sekadau. kerajaan Sekadau terletak di daerah Kematu, lebih kurang 3 kilometer  sebelah hilir Rawak. Raja pertama Sekadau adalah Pangeran Engkong  yang  memiliki tiga putra, yakni Pangeran Agong, Pangeran Kadar dan Pangeran  Senarong. Sesudah Pangeran Engkong wafat, kerajaan diteruskan oleh putra  keduanya, Pangeran Kadar, karena dinilai lebih bijaksana dari  putra-putra yang lain. Karena kecewa, Pangeran Agong kemudian  meninggalkan Sekadau menuju daerah Lawang Kuwari. Sedangkan Pangeran Senarong kemudian menurunkan penguasa kerajaan Belitang.  Setelah  Pangeran Kadar wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra mahkota  Pangeran Suma. Pangeran Suma pernah dikirim orangtuanya  untuk  memperdalam pengetahuan agama Islam ke kerajaan Mempawah, karena itu pada masa  pemerintahannya agama Islam berkembang pesat di kerajaan  Sekadau. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan ke kampung Sungai Bara  dan sebuah masjid kerajaan didirikan di sana. Pada masa ini pula Belanda sampai ke kerajaan Sekadau.
Pangeran Suma kemudian digantikan oleh putra mahkota Abang Todong dengan gelar Sultan Anum. Lalu digantikan lagi  oleh Abang Ipong bergelar Pangeran Ratu yang bukan keturunan raja namun  naik tahta karena putra mahkota berikutnya belum cukup dewasa. Setelah  putra mahkota dewasa, ia pun dinobatkan memerintah dengan gelar Sultan Mansur. Kerajaan Sekadau kemudian dialihkan kepada Gusti Mekah dengan  gelar Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara karena putra mahkota  berikutnya, yakni Abang Usman, belum dewasa. Abang Usman kemudian dibawa  ibunya ke Nanga Taman. Sesudah pemerintahan Panembahan Gusti
Mekah Kesuma Negara berakhir, Panembahan Gusti Akhmad Sri Negara  dinobatkan naik tahta. Tetapi oleh penjajah Belanda, panembahan beserta  keluarganya kemudian diasingkan ke Malang, Jawa Timur, dengan tuduhan  telah menghasut para tumenggung untuk melawan Belanda. Karena peristiwa tersebut, Panembahan Haji Gusti Abdullah kemudian diangkat  dengan gelar Pangeran Mangku sebagai wakil panembahan. Ia pun  dipersilakan mendiami keraton. Belum lama setelah penobatannya, Pangeran  Mangku wafat. Ia kemudian digantikan oleh Panembahan Gusti Akhmad, kemudian Gusti Hamid.
Raja Sekadau berikutnya adalah Panembahan Gusti  Kelip. Tahun 1944 Gusti Kelip tewas dibunuh penjajah Jepang.  Pihak Jepang kemudian mengangkat Gusti Adnan sebagai pembesar kerajaan  Sekadau dengan gelar Pangeran Agung. Ia berasal dari Belitang. Juni  1952, bersama Gusti Kolen dari kerajaan Belitang, Gusti Adnan  menyerahkan administrasi kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia  di Jakarta. dan pada tahun 2003 menjadi kabupaten.